Wartakutim.co.id, Sangkulirang – Peringatan Haul Al Habib Muhsin Bin Hasan Bin Thoha Bin Yahya dan Al Habib Umar Bin Muhammad Bin Yahya, berlangsung di Masjid Al-Mutaqqin di Pulau Senumpak, Tanjung Mas Kecamatan Sangkulirang pada Minggu (24/7/2022) lalu.
Kegiatan tersebut dimulai dengan Maulid Habsyi yang dibawakan oleh group Habsyi Sangkulirang dan Kaliorang. Selanjutnya diisi sambutan “Three in One” oleh Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kutai Timur Sismanto, mewakili Ketua Pelaksana Zainul Zarfi yang juga Ketua GP Ansor Kutim dan shohibul bait Habib Aqil, dengan maksud mempersingkat waktu. Dalam kesempatan tersebut, bertindak sebagai penceramah yakni Ustadz Muhammad Fajri.
Bupati Ardiansyah Sulaiman yang dalam kegiatan ini, diwakili Kepala Bagian Kesejahteraan Rakyat (Kesra) Sekretariat Kabupaten Kutim Andi Abdul Rahman. Ia menerangkan jika Al Habib Muhsin Bin Hasan Bin Thoha Bin Yahya merupakan paman dari Pangeran Noto Igomo yakni Mufti Kerajaan Kutai Kartanegara ing Martadipura. Adapun Al Habib Umar Bin Muhammad Bin Yahya merupakan Putra dari Pangeran Noto Igomo sendiri.
“Alhamdulillah, peringatan haul dua ulama besar penyebar Islam di Kalimantan Timur dapat terselenggara dengan penuh khidmat oleh ribuan jamaah dari berbagai wilayah di Kutim dan daerah lain di Kaltim maupun luar Kaltim.
Ketua PCNU Kutim Sismanto menerangkan haul kedua Habib di Pulau Senumpak akan menjadi program tahunan oleh PCNU Kutai Timur. Dengan adanya peringatan haul tersebut, maka jadi salah-satu dorongan bagi Pemkab untuk menjadikan kawasan tersebut sebagai wisata religi.
“Menunjukkan perihal mengenai islam tradisional yang ramah, sekaligus menunjukkan kekuatan sejarah perkembangan Islam di Nusantara. Yang memiliki sejarah panjang dan tidak dapat dilepaskan begitu saja rangkaiannya, dengan penyebaran islam di Sangkulirang maupun daerah lain di Indonesia,” jelas Ketua PCNU Kutim ini.
Tak hanya semata perihal religi dan sejarah islam, hal ini juga jelas berdampak pada perekonomian masyarakat setempat. Walau memang keberadaan makam Al Habib menjadi nilai tambah utama, yang mendongkrak upaya tersebut.
“Sehingga anak-anak muda atau generasi islam di Kutai Timur dapat bangga, bahwa ada sejarah panjang terkait penyebaran agama yang meliputi kakek-nenek moyang hingga menyentuh mereka sendiri pada masa sekarang. Keduanya menyebarkan islam dengan ramah serta berhasil mengakulturasikan islam dengan kebudayaan lokal,” terang Sismanto. (ADV/KOMINFO/Imr/Wal)