Kaltim12.com, Sangatta – Membangun sektor pariwisata di Kutai Timur tak dapat dilakukan sebagaimana hikayat Bandung Bondowoso, membangun seribu candi dalam waktu satu malam.
Diperlukan kekuatan yang melibatkan semua elemen untuk saling bahu-membahu, menghadapi berbagai aral rintangan, sebelum menikmati manisnya kesuksesan layaknya daerah yang sudah terkenal destinasi wisatanya diluaran sana.
Bupati Ardiansyah Sulaiman mengaku, ia mengenalkan ke publik di Indonesia terkait beragam potensi dan destinasi wisata daerah yang tersebar dari ujung selatan hingga utara Kutim. Bahkan tembus ke markas Angkatan Laut (AL), ke Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi berkaitan persiapan Sail Sangkulirang 2024 mendatang.
“Saya menyampaikan jika Kutim Magic Land, daerah yang penuh keajaiban. Kutim memiliki potensi wisata di lautan atas dan dalam, pantai hingga kawasan pedalaman yang eksotik,” terangnya pada Rabu (2/11/2022).
Permasalahannya adalah kapan dan kapan! Seluruh masyarakat mengangkat nama daerah? Agar orang-orang berdatangan ke Kutim. Persoalan tersebut dibaca oleh Ardiansyah Sulaiman dan Kasmidi Bulang. Sehingga dimulailah beberapa event sebagai langkah kejut, untuk mendongkrak kunjungan wisatawan ke daerah.
Pelaksanaan Bhayangkara Over Land Kutim 2022 beberapa waktu lalu, merupakan salah-satu contoh dini, berkaitan mengenalkan nama Kutim ke penjuru wilayah Indonesia dan dunia. Termasuk memancing tiap-tiap kecamatan di Kutim, membuat agenda yang tidak saja berguna bagi masyarakat namun juga memancing rasa keingintahuan khalayak tentang Kutim.
“Untuk apa memancing orang-orang berdatangan, agar terjadi perputaran uang yang besar di Kutim. Menaikkan daya dukung ekonomi dari sektor pariwisata. Tahun ini kita mulai,” ujarnya tanpa keraguan.
Potensi pariwisata di Kecamatan Sandaran tidak saja hanya berbicara tentang Danau Sapan di Tado’an. Terdapat beberapa lokasi wisata lain seperti air terjun Dua’ae di Tanjung Mangkalihat, wisata mangrove serta pantai Indah dan Prapat Tunggal di Manubar, lalu air terjun Batang Bakil di desa Sandaran. Belum lagi pesta adat erau dan cagar budaya di desa Marukangan.
Danau Sapan di Tado’an membuat Ardiansyah Sulaiman berfikir, agar pihak desa, kecamatan dan masyarakat setempat untuk mengadakan home stay bagi tamu-tamu yang datang. Sehingga selain objek wisata tumbuh, dukungan masyarakat menjadi penuh pada sektor pariwisata.
“Home stay bukan bangunan baru, tetapi bangunan tempat tinggal masyarakat yang dibuat ruangan untuk menginap reresentatif bagi tamu. Ketika datang tamu, masyarakat dapat merasakan langsung dampak ekonominya. Danau Sapan jelas akan berkembang pesat, tergantung mau atau tidaknya masyarakat,” jelas Bupati Kutim. (ADV-KOMINFO/Ran/Uni)