Jakarta – Harga emas kembali merosot pada akhir perdagangan Jumat, 25 Agustus waktu New York. Kejatuhan ini untuk sesi kedua berturut-turut, karena dolar AS menguat.
Penguatan dolar AS ini seiring dengan kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah setelah Ketua Federal Reserve Jerome Powell membiarkan kemungkinan kenaikan suku bunga lebih lanjut pada tahun ini.
Mengutip Antara, Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Desember di divisi Comex New York Exchange, jatuh 7,20 dolar AS atau 0,37 persen menjadi ditutup pada 1.939,90 dolar AS per ounce, setelah menyentuh tertinggi sesi di 1.950,40 dolar AS dan terendah di 1.931,00 dolar AS.
Emas berjangka tergelincir 1,00 dolar AS atau 0,05 persen menjadi 1.947,10 dolar AS pada Kamis (24/8/2023), setelah melonjak 22,10 dolar AS atau 1,15 persen menjadi 1.948,10 dolar AS pada Rabu (23/8/2023), dan terdongkrak 3,00 dolar AS atau 0,16 persen menjadi 1.926,00 dolar AS pada Selasa (22/8/2023).
Namun kemundurannya pada Jumat (25/8/2023) tidak menghentikan harga emas untuk mencatat kenaikan mingguan pertamanya setelah empat minggu berturut-turut mengalami penurunan.
Imbal hasil obligasi pemerintah AS 10-tahun naik 4 basis poin menjadi 4,274 persen dan indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback terhadap mata uang utama lainnya, diperdagangkan naik 0,1 persen pada 104,08, menyusul pernyataan Powell.
Ketua Fed dalam pidatonya di Simposium Ekonomi Jackson Hole di negara bagian Wyoming, AS pada Jumat (25/8/2023), mengakui sifat inflasi yang persisten, mengisyaratkan bahwa kenaikan suku bunga lebih lanjut bukanlah hal yang mustahil. Federal Reserve bermaksud mempertahankan kebijakan pada tingkat yang restriktif sampai mereka yakin bahwa inflasi bergerak turun secara berkelanjutan menuju target 2,0 persen.
Powell melihat data ekonomi yang “suram” dan mengatakan dia akan melanjutkan dengan hati-hati.
Komentar tersebut meningkatkan kemungkinan kenaikan suku bunga pada pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) berikutnya pada September, sehingga melemahkan harga emas.
Bergabung dengan diskusi Squawk on the Street, Presiden Federal Reserve Cleveland Loretta Mester pada Jumat (25/8/2023) mencatat bahwa inflasi inti masih terlalu tinggi, bertahan di atas 4,0 persen, “Kita mungkin masih memiliki banyak pekerjaan yang harus dilakukan.” (war)