Berita PilihanWarta Parlementeria

Anggota DPRD Kutim Tanggapi Harga Semen Singa Merah yang Tidak Jauh Berbeda Dengan Semen Tonasa

335
×

Anggota DPRD Kutim Tanggapi Harga Semen Singa Merah yang Tidak Jauh Berbeda Dengan Semen Tonasa

Share this article

SANGATTA – Anggota DPRD Kutai Timur dari Partai Persatuan Pembangunan H. Hasbullah Yusuf menanggapi isu harga semen hasil produksi PT. Kobexindo Cement, merek Singa Merah yang di jual dengan harga Rp70 ribu. Harga tersebut tidak jauh berbeda dengan harga semen Tonasa Rp78 ribu.

Sebelumnya, harga Singa Merah ramai di bahas di media Sosial Facebook. Netizen memberikan ragam komentar terkait harga semen tersebut yang di produksi di Kutim tersebut.

Hasbullah menyatakan, bahwa pengalamannya membeli Semen produksi Kutim tersebut. Saat membeli semen ke salah satu toko bangunan yang dianggap paling termurah di Kota Sangatta, ia mendapati harga semen asal Kutim dan semen Tonasa tidak berbeda jauh.

“Saya membeli semen Singa Merah dan semen Tonasa di salah satu toko bangunan di Sangatta. Harga semen Tonasa Rp 78.000 ribu persak. Barusan tadi pagi saya dapat, sementara Singa Merah Rp 70.000 ribu persak,” kata Hasbullah kepada wartawan, sambil memperlihatkan nota pembelian disalah satu took yang ada di Kota Sangatta, Kamis pelakan lalu.

Dikatakan, seharusnya harga semen Singa Merah harusnya lebih murah dari harga semen produk dari luar Kutim seperti Semen Tonasa, Semen Tiga Roda dan Semen lainnya.

“Seharusnya harga semen Singa Merah lebih murah. Apalagi pabriknya ada di Kutim, mau tidak mau untuk di Kutim, ya minimal ada harga khususlah, masa harganya tidak berbeda jauh dengan merek yang lain,”ungkapnya.

Lebih lanjut Hasbullah memaparkan merek Tonasa yang berasal dari Sulawesi Selatan, harganya hanya berbeda Rp 8 ribu persak dengan harga semen Singa Merah. Mahalnya semen Tonasa di karena dihitung biaya angkut berdasarkan jaraknya dan termasuk biaya angkut dan tenaga angkut semen tersebut. Sementara Semen Singa merah tentu lebih mur

“Jika kita hitung harga angkutnya dann biaya tenaga kerjanya sampai ke Kaltim sudah berapa, cuman Rp 78 ribu persak dan yang lokal hanya berbeda Rp 8 ribu”Ucapnya

Untuk itu, Hasbullah meminta pemerintah daerah dalam hal ini Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag)  segera melakukan evaluasi dan mengatur terhadap harga semen lokal yang beredar dipasaran, terlebih berdasarkan informasi yang diperolehnya harganya berfariasi disetiap Kecamatan.

“Ada yang bilang harganya Rp 75, Ribu, ada yang bilang Rp 73 Ribu, dengan berbeda lokasi ya. Kalau di Kaliorang dan Bengalon Infonya katanya kurang lebih Rp 80 Ribu. Kita juga belum tau apakah itu betul datanya atau tidak,”Lanjutnya

“mau tidak mau Disperindag harus segera bertindak, invetarisasi harga dulu untuk menyeragamkan harga, benar nga harganya seperti ini. Wajar tidak harga semen Singa Merah asal Kutim dengan harga sebesar itu di wilayah Kutim,” Imbuhnya (Adv/ia/*)