AdvetorialDPRD Kutai Timur

Peringatan May Day di Kutai Timur: Suara Pekerja yang Harus Didengar

400
×

Peringatan May Day di Kutai Timur: Suara Pekerja yang Harus Didengar

Share this article

SANGATTA – Hari Buruh Internasional atau May Day selalu menjadi momen krusial bagi para pekerja di seluruh dunia, termasuk di Kutai Timur. Di tengah gegap gempita perayaan ini, Basti Sangga Langi, anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kutai Timur, tampil sebagai suara vokal yang menyerukan pentingnya penghormatan dan pengakuan terhadap hak-hak pekerja.

Basti menegaskan bahwa May Day bukan sekadar hari libur nasional, melainkan simbol perjuangan panjang para pekerja untuk memperoleh hak-hak dasar mereka. “Perusahaan banyak yang mengintimidasi karyawan yang akan ikut May Day dengan alasan mengganggu operasional produksi. Padahal peringatan hari buruh internasional adalah libur nasional, tetapi banyak perusahaan tidak menghargai hal itu,” ujar Basti dengan nada tegas, mencerminkan ketidakpuasan yang mendalam.

Ironisnya, meskipun May Day diakui sebagai hari penting, banyak pekerja di Kutai Timur masih harus menghadapi berbagai tantangan berat. Basti mengungkapkan bahwa masalah ketenagakerjaan di daerah ini masih jauh dari kata ideal. “Sistem pengupahan yang tidak adil, perlindungan jaminan sosial yang kurang optimal, dan kasus pemutusan hubungan kerja (PHK) yang semena-mena adalah isu-isu yang harus segera ditangani,” jelasnya.

Dalam pandangan Basti, aturan-aturan ketenagakerjaan saat ini lebih sering berpihak kepada perusahaan daripada pekerja. Ia menyoroti bahwa banyak regulasi yang justru merugikan pekerja, membuat mereka berada dalam posisi yang lemah dan rentan. “Inilah yang harus pemerintah kabupaten juga perhatikan bahwa situasi ketenagakerjaan di Kutim saat ini sedang dalam krisis dengan adanya aturan-aturan tersebut,” tambahnya.

May Day sendiri memiliki sejarah panjang sebagai hari peringatan perjuangan buruh yang dimulai di Amerika Serikat pada akhir abad ke-19. Hari ini telah menjadi simbol solidaritas dan perlawanan pekerja di seluruh dunia, digunakan sebagai ajang untuk menuntut kondisi kerja yang lebih baik, upah yang layak, serta penghormatan terhadap hak-hak pekerja.

Di Kutai Timur, Basti berharap bahwa May Day bisa menjadi momentum untuk perubahan nyata. Ia menyerukan kepada pemerintah dan perusahaan untuk lebih mendengarkan suara pekerja dan memperbaiki kondisi ketenagakerjaan yang ada. “Penghormatan terhadap May Day bukanlah sekadar formalitas. Hari ini harus dijadikan momen untuk benar-benar mendengarkan suara para pekerja,” tutup Basti dengan penuh harap.

May Day di Kutai Timur tahun ini diharapkan bukan hanya menjadi perayaan, tetapi juga titik tolak perubahan menuju kondisi kerja yang lebih manusiawi dan adil.