SANGATTA – Kehadiran Masjid At-Taubah di Sangatta Selatan menjadi sorotan utama dalam upaya pemerintah daerah Kutai Timur (Kutim) untuk memenuhi kebutuhan spiritual dan infrastruktur masyarakat. Meskipun menghadapi tantangan, proyek ini menjadi simbol kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat dalam mewujudkan fasilitas publik yang penting.
Agusriansyah Ridwan, Anggota DPRD Kutai Timur, menyoroti pentingnya memperhatikan aspirasi masyarakat dalam pengambilan keputusan proyek infrastruktur. “Kendala teknis perlu diselesaikan melalui kerja sama aktif antara pemerintah dan dinas terkait, agar proyek ini dapat berjalan sesuai harapan,” ujarnya.
Salah satu kendala yang dihadapi adalah pemilihan lokasi pembangunan. Berbagai pandangan dari masyarakat menunjukkan diversitas dalam kebutuhan dan preferensi. Sebagian mendukung pembangunan di lokasi awal, sementara yang lain memperjuangkan perpindahan lokasi. Hal ini menekankan pentingnya dialog dan konsultasi terbuka antara pemerintah dan masyarakat dalam setiap tahap proyek.
Sementara itu, Disdikbud Kutim juga menunjukkan komitmen dalam pemerataan pendidikan. Melalui langkah-langkah strategis seperti pembangunan Unit Kesehatan Siswa (UKS), laboratorium sekolah, dan ruang kelas baru, mereka menciptakan lingkungan belajar yang lebih kondusif dan berkualitas.
Agusriansyah menekankan perlunya evaluasi reguler terhadap kebutuhan pendidikan setiap daerah, agar alokasi anggaran dapat disesuaikan dengan tepat. Meskipun masih ada tantangan dalam pemenuhan sarana dan prasarana di daerah 3T, transformasi ini diharapkan dapat menginspirasi daerah lain untuk mengejar standar pendidikan yang lebih merata.
Dengan kolaborasi yang kuat antara pemerintah, dinas terkait, dan masyarakat, Kutai Timur menghadapi tantangan pembangunan dengan semangat untuk meraih pemerataan dan kesejahteraan yang lebih baik bagi seluruh warganya. Proyek Masjid At-Taubah dan upaya pemerataan pendidikan adalah cerminan dari semangat kebersamaan dan komitmen untuk membangun masa depan yang lebih baik.