Berita Pilihan

ISPA Jadi Penyakit Terbanyak pada Anak di Kutim, Rentan Picu Stunting

409
×

ISPA Jadi Penyakit Terbanyak pada Anak di Kutim, Rentan Picu Stunting

Share this article

Kutai Timur – Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) masih menjadi penyakit dengan kasus terbanyak pada anak-anak di Kabupaten Kutai Timur (Kutim). Kondisi ini sudah berlangsung dari tahun ke tahun dan dinilai sebagai masalah kesehatan utama yang perlu mendapat perhatian serius.

dr. Meitha Togas, Tim Pakar Dokter Indonesia Cabang Kutim, menyebut ISPA kerap menjadi alasan utama orang tua membawa anak mereka ke fasilitas kesehatan.

“Secara umum yang paling banyak itu infeksi saluran pernapasan. Dari tahun ke tahun memang selalu di atas,” ungkapnya, Kamis (11/9/2025).

Menurutnya, ISPA disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari infeksi virus, bakteri, hingga kondisi lingkungan. Faktor eksternal seperti paparan debu, kualitas udara, dan daya tahan tubuh anak yang menurun sangat berpengaruh terhadap munculnya penyakit ini.

“Kalau kita bicara virus, itu juga ada kaitannya dengan pola makan anak. Jadi ketika daya tahan tubuh turun, anak akan lebih mudah terinfeksi penyakit,” jelasnya.

Meski belum ada data resmi jumlah kasus ISPA di Kutim, dr. Meitha menyebut sekitar 80 persen pasien anak yang datang ke layanan kesehatan menunjukkan gejala batuk, pilek, dan demam yang mengarah pada ISPA.

“Angka pastinya saya belum punya. Tapi kalau di lapangan, kasus ISPA memang mendominasi. Rata-rata keluhan anak datang ke fasilitas kesehatan itu karena batuk, pilek, dan panas,” tambahnya.

Lebih jauh, ia menegaskan bahwa tingginya kasus ISPA memiliki keterkaitan erat dengan risiko stunting. Anak yang sering sakit akan mengalami gangguan nafsu makan, berkurangnya asupan gizi, hingga akhirnya berisiko gagal tumbuh.

“Saling berhubungan. Anak yang sedikit-sedikit sakit, praktis nafsu makannya berkurang. Metabolisme tubuhnya juga meningkat, sehingga gizi yang masuk tidak cukup. Itu bisa memengaruhi risiko stunting,” terangnya.

dr. Meitha menekankan, perhatian pada tumbuh kembang anak sejak dini sangat penting, khususnya pada periode 1.000 hari pertama kehidupan. Masa tersebut menjadi kunci dalam menentukan kualitas kesehatan anak ke depannya.

“Kalau kita bicara ISPA, itu tinggal dampaknya saja. Yang lebih penting adalah bagaimana kita mengangkat tumbuh kembang anak sejak awal, terutama 9 bulan dalam kandungan sampai usia 2 tahun pertama,” jelasnya.

Selain faktor gizi, kebersihan lingkungan dan pola asuh keluarga juga disebut berperan besar dalam mencegah ISPA. Oleh karena itu, penanganannya harus dilakukan secara menyeluruh, tidak hanya sebatas pengobatan gejala.

“Namanya anak sakit, pasti makannya terganggu. Kalau ini terjadi berulang, dampaknya bisa panjang. Jadi perlu upaya bersama, orang tua, tenaga medis, dan pemerintah untuk mengurangi risiko ini,” pungkasnya.(Ciaa/*)