Kutai Timur – Pemerintah Kabupaten Kutai Timur (Kutim) menegaskan komitmen menjadikan pertanian sebagai leading sektor pembangunan jangka panjang. Tidak hanya berfokus pada produksi bahan mentah, Pemkab Kutim kini mendorong hilirisasi berbagai komoditas lokal agar nilai tambahnya meningkat dan mampu bersaing di pasar yang lebih luas.
Kepala Bidang Hortikultura, Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan (DTPHP) Kutim, Wahyudi Noor, mengatakan arah pembangunan pertanian saat ini tidak hanya sebatas memenuhi kebutuhan pangan pokok, tetapi juga memacu tumbuhnya produk turunan yang lebih bernilai.
“Kalau kita berbicara ketahanan pangan, pasti pangan utama itu padi. Secara bertahap kita akan memenuhi itu. Tapi yang secara existing sudah menjadi unggulan nasional, yang pertama adalah pisang kepok grecek. Itu sudah sesuai dengan SK Menteri Pertanian tahun 2015,” ujarnya, Sabtu (4/10/2025).
Menurut Wahyudi, langkah hilirisasi akan menjadi kunci agar Kutim tidak hanya menjual produk dalam bentuk segar, melainkan juga mampu menghasilkan olahan yang berdaya saing tinggi.
“Mudah-mudahan sesuai dengan RPJP Kutai Timur, kita sudah melakukan transformasi ekonomi sekaligus transformasi hilirisasi. Jadi, nanti kita tidak hanya menjual pisang atau produk apapun dalam bentuk buah segar, tapi juga produk turunannya,” tambahnya.
Wahyudi mengakui, meski sektor pertanian belum mampu menyumbang angka besar terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dibandingkan pertambangan, pemerintah daerah tetap menjadikan pertanian sebagai pilar penting. Apalagi, sumber daya tambang seperti batubara dan minyak bumi merupakan kekayaan yang tidak terbarukan.
“Kalau kita berkaca pada PDRB, sektor pertanian memang masih jauh kontribusinya dibandingkan tambang, baik secara nasional maupun lokal. Tapi harus kita sadari, tambang seperti batubara dan minyak bumi itu kan sumber daya yang tidak terbarukan,” tegasnya.
Ia menyebut, konsistensi pembangunan pertanian sudah terlihat sejak awal berdirinya Kutim. Mulai dari program Gerakan Daerah (Gerda) Bank Agri hingga visi Kutim Hebat, pertanian tidak pernah ditinggalkan dari RPJM Kepala Daerah.
“Kita secara bertahap terus melanjutkan upaya ini. Dari awal Kutim berdiri, RPJM Kepala Daerah tidak pernah meninggalkan sektor pertanian. Mulai dari Gerda Bank Agri sampai sekarang Kutim Hebat, leading sektor ke depannya pasti pertanian,” jelasnya.
Wahyudi menekankan, penguatan sektor pertanian tidak bisa dilepaskan dari sinergi antara pemerintah daerah, legislatif, dan masyarakat. Melalui dukungan RPJPD dan RPJMD, arah pembangunan pertanian Kutim dipastikan semakin terarah.
“Ini adalah bentuk kolaborasi pemerintah dengan komitmen legislatif melalui RPJPD dan RPJMD. Jadi arah pembangunan kita sudah jelas, pertanian menjadi sektor yang terus diperkuat,” pungkasnya.(Ciaa/*)