Pemerintahan

Dinsos Kutai Timur Klarifikasi Dugaan Penelantaran ODGJ: “Ini Bukan Kelalaian Institusi”

528
×

Dinsos Kutai Timur Klarifikasi Dugaan Penelantaran ODGJ: “Ini Bukan Kelalaian Institusi”

Share this article

Kutai Timur – Dinas Sosial (Dinsos) Kabupaten Kutai Timur memberikan klarifikasi terkait dugaan penelantaran seorang pria dengan gangguan jiwa (ODGJ) yang sempat viral di media sosial pada awal pekan ini.

Kepala Dinas Sosial Kutai Timur, Ernata, dalam konferensi pers pada Kamis (22/5/2025), menjelaskan bahwa insiden yang terjadi pada Senin (20/5/2025) bukan disebabkan oleh kelalaian institusi, melainkan karena kendala teknis di lapangan.

Menurut Ernata, pria ODGJ berusia sekitar 50 tahun tersebut awalnya dibawa dari Puskesmas Bengalon ke kantor Dinsos pada siang hari. Namun, saat ia kembali dari kegiatan luar sekitar pukul 16.30 WITA, ia mendapati petugas dari bidang Rehabilitasi Sosial tidak berada di tempat.

“Saya langsung mengambil tindakan. Ini manusia, bukan barang,” ujar Ernata tegas. Ia kemudian menghubungi Satpol PP untuk membawa ODGJ tersebut ke RSUD Kudungga Sangatta.

Ernata menekankan bahwa penanganan ODGJ melibatkan koordinasi tiga instansi, yakni Satpol PP untuk pengamanan, Dinas Kesehatan untuk tindakan medis, dan Dinas Sosial untuk aspek sosial dan administratif, seperti pengurusan identitas, BPJS, serta rujukan.

“Kami sudah menangani ODGJ selama enam tahun tanpa masalah. Ini murni kelalaian individu, bukan kesalahan sistem. Pejabat terkait sudah dievaluasi dan menyampaikan permintaan maaf,” ungkap Ernata, yang memiliki latar belakang pendidikan Pekerja Sosial hingga jenjang doktoral.

Staf Dinsos, Miluwati, menambahkan bahwa pasien sempat diberikan obat penenang dan sedang menunggu keluarganya. Setelah dilakukan pendekatan oleh Kadis, pasien akhirnya bersedia dibawa ke rumah sakit. Proses administrasi sempat mengalami hambatan karena ketiadaan identitas, namun pihak Satpol PP berhasil menghubungi keluarganya melalui media sosial.

Sementara itu, Agus Budi, mantan Kepala Seksi Rehabilitasi Sosial, menyatakan bahwa pasien tidak benar-benar terlantar. “Penanganan dilakukan pada sore harinya, termasuk pemberian makan dan minum. Mungkin informasi yang beredar diambil sebelum proses itu berjalan,” jelasnya.

Menutup konferensi pers, Ernata berharap kejadian ini menjadi pelajaran bersama. Ia menegaskan pentingnya aparatur sosial memiliki empati dan jiwa melayani.

“Kritik yang membangun kami apresiasi. Ini menjadi cambuk untuk meningkatkan pelayanan kami ke depan,” pungkasnya.