NasionalTNI/ POLRI

Dukung Arahan Presiden, Kodim 0909 Kutim Awasi Distribusi Makanan Bergizi di Kutim

257
×

Dukung Arahan Presiden, Kodim 0909 Kutim Awasi Distribusi Makanan Bergizi di Kutim

Share this article
Komandan Kodim 0909/KTM, Letkol Arh Ragil Setyo Yulianto
Komandan Kodim 0909/KTM, Letkol Arh Ragil Setyo Yulianto

Kutai Timur – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang menjadi salah satu prioritas Presiden Joko Widodo mendapat dukungan penuh dari jajaran TNI. Di Kabupaten Kutai Timur (Kutim), Kodim 0909/KTM mengambil peran strategis dalam mengawasi sekaligus mendampingi jalannya distribusi makanan bergizi agar tepat sasaran dan aman dikonsumsi masyarakat.

Komandan Kodim 0909/KTM, Letkol Arh Ragil Setyo Yulianto, menegaskan bahwa tanggung jawab menyukseskan program MBG tidak hanya berada di pundak TNI semata, melainkan juga seluruh pemangku kepentingan yang ada di daerah.

“Ini kan sudah menjadi program utama Presiden. Jadi semua stakeholder harus punya tanggung jawab untuk menyukseskan, bukan hanya TNI saja,” tegasnya saat ditemui di ruang kerjanya, Rabu (1/10/2025).

Di Kutim, program MBG menyasar lebih dari 21.000 penerima manfaat, mulai dari pelajar sekolah dasar hingga ibu hamil dan menyusui. Sebanyak 42 titik dapur telah disiapkan untuk mendukung kelancaran distribusi, termasuk dapur baru di kawasan APT Pranoto yang baru saja diresmikan bulan lalu.

Menurut Letkol Ragil, pengawasan akan dilakukan secara masif, tidak hanya terfokus di Sangatta sebagai ibu kota kabupaten, tetapi juga merata hingga wilayah kecamatan lainnya. Hal ini dilakukan untuk memastikan kualitas makanan tetap terjaga dan aman.

“Pemerintah daerah juga membentuk satgas percepatan pembangunan dapur MBG. Di tiap dapur ada tenaga profesional, mulai dari kepala dapur, tenaga gizi, hingga petugas kesehatan. Tugas Kodim adalah mendampingi dan mengawasi di lapangan,” jelasnya.

Seluruh jajaran Kodim, termasuk Koramil dan Babinsa, turut dilibatkan dalam pengawasan. Mereka mengawal proses mulai dari penyortiran bahan baku, pengolahan, hingga distribusi ke penerima manfaat.

Langkah ini sekaligus menjadi antisipasi terhadap kemungkinan terjadinya kasus keracunan massal, sebagaimana sempat terjadi di beberapa daerah lain. Menurutnya, faktor keracunan bisa muncul dari bahan baku yang tidak layak, cara penyimpanan makanan yang kurang tepat, hingga aspek higienitas dapur.

“Contoh paling sederhana adalah telur. Kalau distribusinya memakan waktu lama, kualitasnya bisa menurun. Karena itu pengawasan harus ketat sejak tahap penyortiran bahan baku,” ungkap Ragil.

Ia juga menyoroti waktu antara proses memasak dan konsumsi yang cukup panjang. Makanan yang dimasak sejak dini hari baru akan disantap penerima sekitar pukul 09.00–10.00. Karena itu diperlukan teknik penyimpanan yang baik agar makanan tetap segar dan tidak cepat basi.

Selain itu, Kodim bersama tim dapur juga melakukan pendataan terhadap penerima manfaat untuk mengantisipasi kemungkinan alergi. Menu yang disajikan harus disesuaikan dengan kondisi kesehatan masing-masing penerima.

Ragil menekankan agar makanan program MBG segera dikonsumsi setelah disajikan, bukan dibawa pulang. “Makanan ini punya masa waktu. Harus habis jam 1 atau jam 2 siang. Kalau dibawa pulang, bisa basi dan itu berisiko menimbulkan keracunan,” jelasnya.

Dengan sistem pengawasan berlapis tersebut, Kodim Kutim optimistis program MBG dapat berjalan aman, lancar, dan tepat sasaran. “Tujuan Presiden, tujuan pemerintah, dan tujuan negara adalah memastikan anak-anak kita serta masyarakat mendapat gizi yang layak. Itu tugas kita bersama,” pungkasnya.