SANGATTA – Dalam hiruk-pikuk pembangunan di Kabupaten Kutai Timur, proyek perbaikan jalan di Rantau Pulung menjadi sorotan hangat.
Bukan tanpa alasan, jalan tersebut adalah nadi utama bagi masyarakat setempat yang sehari-hari bergantung pada infrastruktur ini untuk menggerakkan roda perekonomian mereka.
Namun, proyek yang diharapkan menjadi solusi dari berbagai masalah transportasi ini kini berada di persimpangan jalan, menunggu keputusan dari pihak-pihak terkait.
Anggota DPRD Kutai Timur, Jimmi menegaskan pentingnya peran Kaltim Prima Coal (KPC) dalam proyek ini.
Di balik nuansa diplomasi yang tersirat dalam pernyataannya, Jimmi menyampaikan pesan yang tegas dan langsung, menyuarakan keprihatinannya terhadap absennya tenggat waktu yang jelas dalam penyelesaian proyek tersebut.
“Jalan di Rantau Pulung ini bukan sekadar akses biasa, melainkan urat nadi bagi masyarakat. Ketidakjelasan waktu penyelesaian membuat kita harus menyerahkan segalanya pada kebijakan KPC,” ujar Jimmi dengan nada yang mencerminkan campuran harapan dan kekecewaan.
Rapat paripurna DPRD Kutim yang digelar pada Senin, 13 Mei 2024, menjadi saksi dari aspirasi Jimmi yang disampaikan kepada media. Di tengah suasana rapat yang penuh diskusi, Jimmi menekankan perlunya KPC untuk memainkan peran signifikan, sesuai dengan kesepakatan yang telah dibuat dalam perpanjangan perjanjian KPKB2B.
“Kami di DPRD sudah memberikan dukungan teknis, bahkan membentuk kelompok-kelompok kontrol untuk memastikan proyek ini berjalan dengan baik.
Namun, tanpa komitmen yang nyata dari KPC dan pemerintah, kita hanya bisa melakukan perbaikan sementara,” jelasnya.
Jimmi juga menyentuh aspek yang lebih luas dari proyek ini kolaborasi antara sektor swasta dan pemerintah.
Baginya, proyek ini adalah ujian nyata bagi kemitraan strategis yang selama ini diharapkan mampu mendongkrak pembangunan daerah.
“Infrastruktur yang baik adalah fondasi dari pertumbuhan ekonomi. Kami berharap KPC benar-benar mengambil peran sebagai mitra pembangunan, bukan sekadar pelaksana,” pungkas Jimmi, seakan memberi sinyal bahwa waktu terus berjalan dan masyarakat Rantau Pulung menanti janji yang segera ditepati.
Proyek ini, menurut Jimmi, lebih dari sekadar perbaikan jalan; ia adalah cerminan dari komitmen semua pihak untuk bersama-sama membangun Kutai Timur yang lebih baik.
Tanpa kolaborasi yang solid, harapan masyarakat Rantau Pulung akan terus terombang-ambing di antara ketidakpastian, menunggu kapan jalan tersebut benar-benar bisa menjadi penggerak utama kesejahteraan mereka.