Berita Pilihan

Leni Angriani: Mimpi Terang di Pelosok Kutim Masih Belum Terwujud

344
×

Leni Angriani: Mimpi Terang di Pelosok Kutim Masih Belum Terwujud

Share this article

SANGATTA – Harapan masyarakat di pelosok Kutai Timur untuk menikmati cahaya listrik sepanjang malam masih menjadi angan-angan. Leni Angriani, anggota DPRD Komisi B Kutai Timur, baru-baru ini menyuarakan keprihatinannya atas situasi tersebut setelah melakukan kunjungan ke beberapa desa terpencil.

Dalam kunjungannya, ia menemukan bahwa kebutuhan dasar seperti listrik masih menjadi barang mewah yang belum bisa dinikmati oleh semua warga.

“Saat matahari terbenam, kegelapan yang menyelimuti desa-desa ini benar-benar terasa,” kata Leni menggambarkan kondisi yang ia saksikan.

Listrik yang hanya menyala hingga pukul 22.00 malam dan baru dinyalakan kembali pada subuh membuat kehidupan malam di desa terasa seperti kembali ke zaman lampau.

“Bayangkan, anak-anak yang harus belajar di malam hari hanya bisa mengandalkan lampu minyak atau lilin. Ini tidak adil bagi mereka yang juga berhak atas akses yang sama seperti anak-anak di kota,” ujarnya dengan nada prihatin.

Leni tidak hanya datang dengan keprihatinan, namun juga dengan tekad untuk membawa perubahan. Ia mengimbau pemerintah desa untuk lebih proaktif dalam mengumpulkan data-data mengenai wilayah yang belum teraliri listrik. Menurutnya, data ini penting untuk mendorong percepatan pembangunan infrastruktur listrik yang selama ini hanya dijanjikan.

“Data yang akurat adalah senjata utama kita dalam memperjuangkan hak-hak dasar masyarakat. Tanpa data, suara kita hanya akan bergema tanpa ada yang mendengar,” tegasnya.

Leni juga menggarisbawahi pentingnya kolaborasi antara pemerintah daerah, perusahaan, dan masyarakat untuk mewujudkan impian terang di pelosok Kutim. Ia berharap inisiatif seperti program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) bisa lebih diarahkan ke pembangunan infrastruktur listrik di desa-desa terpencil.

“Kita harus bersama-sama membangun jembatan antara gelap dan terang ini. Dengan begitu, mimpi anak-anak di pelosok Kutim untuk belajar dengan penerangan yang layak bukan lagi sekadar mimpi,” tutupnya.

Dengan suara yang penuh semangat, Leni Angriani berjanji akan terus mengawal isu ini hingga benar-benar terealisasi. Harapan kini bertumpu pada langkah-langkah konkret yang bisa membawa cahaya, bukan hanya dalam arti harfiah tetapi juga dalam bentuk harapan dan masa depan yang lebih baik bagi masyarakat Kutim di pelosok.